Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang konstruksi terkait material bangunan mengalami kemajuan yang signifikan. Banyak ditemukan inovasi terbaru mengenai material bangunan yang unik. Banyak para peneliti maupun ilmuan mengeksplorasi pengetahuan di bidang material bangunan. Salah satu yang aktif memberikan sumbangsih dalam perkembangan teknologi bidang material bangunan ini yaitu PUSKIM ( Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman ).
Konsep bahan bangunan yang dikembangkan oleh Puskim menggunakan bahan-bahan yang tidak biasa, yaitu dengan memanfaatkan sesuatu yang sudah dianggap tidak penting. Contohnya, limbah hingga lumpur. Melalui inovasi tersebut, bahan bangunan yang diciptakan mampu mengurangi pemakaian sumber daya alam yang berlebih. Beberapa konsep yang akan dipaparkan, yaitu:
- Bata Beton Ringan dari Residual Cracking Catalist(RCC);
- Limbah Batu Bara (Fly-Ash) untuk KomponenBangunan;
- Pemanfaatan Lumpur Sidoarjo (Lusi) untukBahan Bangunan;
- Semen Pozolan Kapur (SPK);
- Bambu Laminasi;
- Bambu Sarang Tawon (BUSARON);
- Bambu Zephyr;
- Sirap Inovasi dari Bambu;
- Bebak Laminasi dari Gewang.
1. Bata Beton Ringan dari Residual Cracking Catalyst (RCC)
Residual cracking catalyst (RCC) merupakan limbah dari pemprosesan minyak mentah di dalam reaktor. Penggunaan limbah menjadi bahan bangunan merupakan suatu langkah untuk mengurangi pencemaran limbah. RCC Ini dikembangkan untuk dinding bangunan bertingkat dan teknologi ini sudah diuji coba. Jenis produk bata beton ringan memiliki proporsi campuran 75% RCC, 25% pasir silika, dan 1,6% foam agent. Bata beton ringan ini memiliki kuTat tekan sebesar n35 Kgf/cm2 dengan teknik pembuatan pengembangan dengan substitusi foam agent.
2. Limbah Batu Bara (Fly-Ash) untuk Komponen Bangunan
Fly-Ash merupakan sisa pembakaran limbah batu bara yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Pengolahan limbah batu bara bertujuan untuk mengatasi masalah lingkungan akibat berkembangnya industri yang menggunakan batu bara sebagai energi. Pengolahan ini telah diterapkan di berbagai daerah. Jenis produk yang dihasilkan memiliki proporsi campuran agregat (60% fly ash + 405 pasir). Jenis produk yang dihasilkan, yaitu bata beton berlubang dengan proporsi campuran 1 semen = 8 Agregat; interlock blok dengan proporsi campuran 1 semen = 6 agregat; genteng beton dengan proporsi campuran 1 semen = 3 agregat; paving block dengan proporsi campuran 1 semen = 4 agregat; bata beton pejal dengan proporsi campuran 1 semen = 10 agregat.
3. Pemanfaatan Lumpur Sidoarjo (LUSI) untuk Bahan Bangunan
Bahan bangunan ini dikembangkan untuk memanfaatkan lumpur yang keluar dari semburan lumpur Lapindo. Unit produksi dibangun di dekat lokasi semburan lumpur. Adapun bahan bangunan yang berasal dari lumpur ini adalah sebagai berikut.
A. Beton Ringan Lusi (Berisi)
Beton Ringan Lusi (Berisi) merupakan komponen beton yang dibentuk dari bahan lumpur Sidoarjo (Lusi) dengan bahan pengikat semen Portland. Beton ini memiliki bobot yang ringan, mutu sedang, dan bentuk yang stabil. Agregat (kerikil, pasir dan abu) dibuat dari bahan lumpur Sidoarjo melalui proses pembakaran sehingga diperoleh material yang ringan, kuat, tahan terhadap suhu tinggi, dan lingkungan agresif. Dalam pembuatan agregat Lusi dapat ditambahkan bahan substitusi dengan abu batu bara atau abu sekam padi. Beton ini cocok untuk konstruksi yang memerlukan ketahanan api, penyerapan suara dan suhu, bobot ringan, dan terpapar garam sulfat dan klorida. Sasaran dan manfaat pembuatan Berisi berkaitan dengan kelebihan-kelebihan yang dapat diciptakan melalui teknologi ini. Sasaran dari pembuatan Berisi ini adalah untuk menghasilkan agregat ringan dan beton ringan dari Lusi; meningkatkan nilai guna Lusi, mengurangi dampak lingkungan, dan mendukung penyediaan bahan bangunan; menyediakan petunjuk teknis pembuatan beton ringan dari Lusi. Manfaat dari pembuatan Berisi, yaitu sebagai tumbuh dan berkembangnya agregat dan beton ringan dari Lusi dan pendukung program pembangunan dan peningkatan peluang usaha.
B. Penerapan Teknologi Bahan Bangunan Berbasis Polymer dan Ceramic Base
Output dan outcome dari output teknologi bahan bangunan berbasis polymer dan ceramic base berkaitan dengan hasil dan dampak yang dirasakan ketika menerapkan teknologi ini.Output dari teknologi bahan bangunan berbasis polymer dan ceramic base adalah teknologi terapan yang berupa unit produksi dan rumah. Contohnya adalah memanfaatkan bahan bangunan dari material Lusi. Outcome yang dapat dihasilkan dari teknologi ini, yaitu termanfaatkannya material Lusi sebagai bahan baku pembuatan komponen bangunan sehingga mengurangi dampak negatif luapan lumpur; tersedianya komponen bangunan dari material Lusi yang dapat mendukung penyediaan bahan bangunan untuk perumahan. Kebaruan/keunggulan yang dihasilkan dari teknologi ini, yaitu formulasi baru terkait bahan agregat ringan menggunakan material lumpur Sidoarjo. Selain itu, teknologi ini mampu mengurangi jumlah penumpukan lumpur melalui pemanfaatan material lumpur Sidoarjo sebagai alternatif bahan bangunan. Penerima manfaat dari teknologi ini, yaitu:
- Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo Direktorat jenderal Sumber Daya Air kemeterian PUPR;
- Direktorat Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi Sumber Daya Air Kemeterian PUPR;
- Industri konstruksi;
C. Bahan Bersemen
Bahan bersemen ini menghasilkan beberapa jenis produk, yaitu conblock, paving block, dan genteng semen dengan bahan baku yang berbeda-beda. Bahan baku yang digunakan pada conblock adalah lumpur sidoarjo dengan proporsi campuran 1 semen =5 lusi =3 pasir. Bahan bakuyang digunakan pada paving block adalah semen Portland dengan proporsi campuran 1 semen = 3 lusi = 1 pasir. Terakhir, bahan bakuyang digunakan pada genteng semen adalah pasir dengan proporsi campuran 1 semen = 2 lusi = 1 pasir.
D. Proses Pembakaran
Proses pembakaran dilakukan dan menghasilkan beberapa jenis produk, yaitu lumpur Sidoarjo (70%) dan abu batu bara (30%) dengan proporsi campuran agregat buatan, genteng keramik, dan batu bara.
4. Semen Pozolan Kapur (SPK)
Semen ini dikembangkan sebagai alternatif dari semen pozolan untuk bangunan sederhana, terutama di daerah yang sulit transportasi, tetapi memiliki potensi kapur dan tras. Teknologi ini sudah dirintis untuk diterapkan di Wamena, Nagrek, dan Sukabumi. Bahan ini dipilih karena memiliki keunggulan, yaitu:
- Dapat menyubstitusi pemakaian pc pada bagian nonstruktural bangunan (merupakan 75% bagian konstruksi);
- Mudah dalam pengerjaannya (workability);
- Mengurangi terjadinya pemisahan agregat/adukan;
- Menurunkan panas hidrasi;
- Mengurangi terjadinya retak-retak;
- Meningkatkan kerapatan adukan;
- Tahan terhadap pengaruh lingkungan.
- Bahan baku: bambu.
- Bahan pengawet: borac-boric/boron, peng
- Bahan perekat: urea formaldehyde (interior).
- Berat panel ringan;
- Ukurannya standar (120 cm x 240 cm) dengan tebal antara 2−3 cm dan dapat dibuat sesuai dengan peruntukannya;
- Mudah dipotong sehingga memudahkan perencana dalam mendesain;
- Produk tidak menimbulkan bahan sisa (zero waste);
- Harga lebih murah dibandingkan dengan bahan sejenisnya
- diambil dari pohon dengan ketinggian > 5 meter;
- warna pelepah kekuningan atau kecokelatan;
- kondisi pelepah tidak lapuk;
- ukuran pelepah = lebar 5–11 cm dan panjang minimal 1,5 meter.